Sistem bongkar muat sapi di Pelabuhan Rakyat (Pelra) Dungkek,
Kabupaten Sumenep, Madura masih menjadi polemik di masyarakat. Melihat kondisi
itu, mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya terinspirasi untuk merancang desain dermaga apung
sebagai solusi permasalahan tersebut.
Dermaga yang merupakan karya Tugas Akhir (TA) dari Alwi Sina Khaqiqi ini
menawarkan konsep yang lebih ‘animal welfare’. Mahasiswa yang akan diwisuda
pada bulan Maret mendatang ini mengusulkan ide dermaga apung tersebut untuk
proses bongkar muat sapi yang selama ini masih terlihat cukup
memprihatinkan.
Ia mengungkapkan, selama ini proses bongkar muat sapi dari Pulau Sapudi ke
Kabupaten Sumenep masih dilakukan dengan cara melemparkan sapi ke laut. Hal ini
lantaran kapal pengangkut sapi tidak bisa bersandar di dermaga utama. “Padahal,
Pulau Sapudi memiliki produksi sapi tertinggi nomor dua se-Jawa Timur,” ujar
pria yang akrab disapa Alwi ini.
Ia mengatakan, pelemparan secara paksa sapi-sapi tersebut akan berakibat pada
turunnya berat sapi hingga 5 kilogram. “Sehingga, hal ini juga mengakibatkan
harga jual sapi ketika sampai di Sumenep turun hingga 20 persen,” imbuhnya. Tak
hanya itu, terkadang sapi yang dilemparkan ke laut juga tidak langsung menuju
bibir pantai, melainkan malah ke tengah laut dan menyulitkan, bahkan tak jarang
akhirnya ada yang mati.
Berawal dari kondisi tersebut, Alwi mendesain dermaga apung dengan menggunakan
High Density Polyethylene (HDPE). Ia sengaja menggunakan dermaga HDPE dengan
alasan dari segi investasinya yang lebih murah jika dibandingkan dengan dermaga
yang terbuat dari beton. Selain itu, dermaga ini juga memiliki nilai estetika
dan proses pengerjaannya yang relatif cepat. “Waktu pemasangan dermaga apung
dengan menggunakan HDPE ini hanya sekitar 20 hari,” terang mahasiswa angkatan
2014 ini.
Berdasarkan hasil penelitian TA ini, Alwi mengungkapkan jika nilai kelayakan
dari desain dermaga apung rancangannya yaitu sekitar 1,35. “Jika nilai
kelayakan di atas angka 1, maka dermaga layak untuk diimplementasikan,”
ujarnya.
Untuk cara kerjanya sendiri, sambung Alwi, desain dermaga dengan panjang
sebesar 40 meter dan lebar 1 meter ini hanya perlu disejajarkan dengan kapal
pengangkut sapi tersebut. Sehingga memudahkan untuk aktivitas bongkar muat di
pelabuhan tersebut.
Ia juga menambahkan, dermaga apung besutannya itu nantinya mampu memuat sekitar
30 hingga 100 ekor sapi untuk setiap bongkar muat. “Beban ini disesuaikan juga
dengan pengiriman sapi yang biasanya di Pelabuhan Rakyat Dungkek yang dilakukan
dua kali dalam seminggu, yakni tia[ hari Kamis dan Sabtu,” terangnya lagi.
Dengan bimbingan Achmad Mustakim ST MT MBA dan Eka Wahyu Ardhi ST MT, Alwi juga
mengantisipasi adanya ombak yang bisa mengenai dermaga apung tersebut nantinya.
Untuk itu, ia menambahkan tiang pancang atau dolphin pada beberapa sudut
pelabuhan. “Dolphin inilah yang nantinya akan menahan ombak agar tidak langsung
mengenai dermaga,” tuturnya.
Ke depannya, mahasiswa asal Banyuwangi ini berharap agar ide karyanya tersebut
tidak hanya berhenti sebagai hasil penelitian TA saja, melainkan dapat
diimplementasikan juga secara langsung di Pelabuhan Rakyat Dungkek tersebut
nantinya.(wh)
Pecahkan Masalah Bongkar Muat Sapi di Madura

Alwi Sina Khaqiqi.foto:its